SIRAH SHAHABAT
Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun saya akan berusaha meringkas sesuai dengan yang telah disebutkan al-Hafizh Abdullah al-Bukhari dalam shahihnya yang termuat dalam Kitab Fadha’il Shahabat.25
✅1) Beliau Adalah Sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم di Gua Dan Ketika Hijrah
Allah berfirman,
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
“Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, “Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”.” ( At-T aubah: 40).
Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.
Diriwayatkan dari al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata, “Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 Dirham, maka Abu Bakar berkata kepada ‘Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mengantarkan hewan tersebut.” Maka ‘Azib berkata, “Tidak, hingga engkau menceritakan kepada kami bagaimana kisah perjalananmu bersama Rasulullah ketika keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian.”
Abu Bakar berkata, “Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga datang waktu zuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat istirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan tikar untuk Nabi صلى الله عليه وسلم, kemudian kukatakan padanya, “Istirahatlah wahai Nabi Allah.” Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengintai. Tiba-tiba aku melihat ada seorang pengembala kambing sedang menggiring kambingnya ke arah teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya padanya, “Siapa tuannmu wahai budak?” Dia menjawab, “Budak milik si fulan, seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya, kemudian kutanyakan, “Apakah kambingmu memiliki susu?” Dia menjawab, “Ya!” lantas kukatakan, “Maukah engkau memeras untuk kami?” Dia menjawab, “Ya!” Maka dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan dia agar membersihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan debu, kemudian kuperintahkan agar menghembus telapak tangannya dari debu, maka dia menepukkan kedua telapak tanggannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibalut kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu ke dalam tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan Nabi صلى الله عليه وسلم dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya, “Minumlah wahai Rasulullah.” Maka beliau mulai minum hingga kulihat beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, “Bukankah kita akan segera berjalan kembali ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya!” Akhirnya kami melanjutkan perjalanan sementara orang-orang musyrik terus menerus mencari kami, tidak satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syam yang mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullullah, “Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah, namun beliau menjawab,
لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
” Jangan khawatir, sesungguhnya Allah beserta kita.”
Diriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar رضي الله عنه beliau berkata, “Kukatakan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja mereka (orang-orang Musyrik) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat’. Rasul menjawab,
ما ظنك يا أبا بكر باثنين الله ثالثهما
” Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga.”
✅2) Abu Bakar Adalah Sahabat yang Paling Banyak Ilmunya
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Suatu ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkhutbah di hadapan manusia dan berkata,
إن الله خير عبدا بين الدنيا وبين ما عنده فاختار ذلك العبد ما عند الله
“Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.”
Abu Sa’id berkata, “Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah صلى الله عليه وسلم hanyalah menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut ternyata tidak lain adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
إن من أمن الناس علي في صحبته وماله أبا بكر ولو كنت متخذا خليلا غير ربي لاتخذت أبا بكر ولكن أخوة الإسلام ومودته لا يبقين في المسجد باب إلا سد إلا باب أبي بكر
“Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja.”
Diriwayatkan dari ‘Aisyah رضي الله عنها istri Rasulullah صلى الله عليه وسلم ia berkata, “Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم wafat Abu Bakar sedang berada di suatu tempat yang bernama Sunuh- Ismail berkata, “Yaitu sebuah kampung, maka Umar berdiri dan berpidato, “Demi Allah sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak meninggal. ‘Aisyah melanjutkan, Kemudian Umar berkata, “Demi Allah tidak terdapat dalam hatiku melainkan perasaan bahwa beliau belum mati, Allah pasti akan membangkitkannya dan akan dipotong kaki dan tangan mereka (yang mengatakan beliau telah mati, pent.). Kemudian datanglah Abu Bakar menyingkap kain yang menutup wajah Rasulullah صلى الله عليه وسلم serta menciumnya sambil berkata, Kutebus dirimu dengan ibu dan bapakku, alangkah harum dan eloknya engkau saat hidup dan sesudah mati, demi Allah yang diriku berada di tanganNya mustahil Allah akan menimpakan padamu dua kali kematian selama-lamanya.”
*Kemudian Abu Bakar keluar dan berkata, “Wahai orang yang telah bersumpah, (yakni Umar) tahanlah bicaramu!” Ketika Abu Bakar mulai berbicara maka Umar duduk, setelah memuji Allah beliau berkata, “Ingatlah sesungguhnya siapa saja yang menyembah Muhammad صلى الله عليه وسلم maka beliau sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah akan tetap hidup tidak pernah mati. Kemudian beliau membacakan ayat,
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
” Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. (Az-Zumar: 30).
Dan ayat,
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىَ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللّهُ الشَّاكِرِينَ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” ( Ali-Imran: 144).
Ismail berkata, “Maka manusia mulai menangis terisak-isak, kemudian kaum Anshar segera berkumpul bersama Sa’ad bin Ubadah di Saqifah Bani Sa’idah dan mereka berpendapat, “Dari kami seorang amir (pemimpin) dan dari kalian (muhajirin) juga seorang amir.” Maka segera Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah berangkat mendatangi majlis mereka, Umar berbicara tetapi Abu Bakar menyuruhnya untuk diam, Umar berkata, “Demi Allah sebenarnya aku tidak ingin berbicara melainkan aku telah persiapkan kata-kata yang kuanggap sangat baik yang kutakutkan tidak akan disampaikan oleh Abu Bakar.”
Kemudian Abu Bakar bepidato dan perkataannya sungguh mengena, beliau berkata, “Kami yang menjadi amir dan kalian menjadi wazir.” Maka Hubab bin Munzir berkata, “Tidak Demi Allah kami tidak akan terima, tetapi dari kami seorang amir dan dari kalian seorang amir pula.” Abu Bakar menjawab, “Tidak, tetapi kamilah yang menjabat sebagai amir dan kalian menjadi wazir, karena sesungguhnya mereka (Quraisy) yang paling mulia kedudukannya di bangsa Arab dan yang paling tinggi nasabnya, maka silahkan kalian membai’at Umar ataupun Abu Ubaidah.” Maka spontan Umar menjawab, “Tetapi engkaulah yang lebih pantas kami bai’at engkaulah pemimpin kami, orang yang paling baik di antara5 kami dan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم daripada kami.” Maka Umar segera meraih tangan Abu Bakar dan membai’atnya akhirnya orang-orangpun turut membaiatnya pula.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah رضي الله عنها ia berkata, “Pandangan Nabi menengadah ke atas dan berkata, “Tetapi Yang kupilih adalah Ar-Rafiqul A’la (kekasih Allah Yang Mahatinggi) 3X. ‘Aisyah melanjutkan, “Tidaklah perkataan mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) kecuali Allah jadikan bermanfaat untuk manusia, *profile Umar yang tegas berhasil membuat orang munafik yang menyusup di antara kaum muslimin sangat takut padanya, dengan kepribadiannya Allah menolak kemunafikan. Adapun Abu Bakar, beliau berhasil menggiring manusia hingga mendapatkan petunjuk kepada kebenaran dan mengetahui kewajiban mereka, Abu Bakar berhasil mengeluarkan umat dari bencana perpecahan setelah meninggalnya Rasululla setelah membacakan ayat,
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” ( Ali Imran :144).
✅3) Abu Bakar رضي الله عنه Adalah Sahabat Yang Paling Utama
Diriwayatkan dari Ibnu Umar رضي الله عنهما dia berkata, “Kami selalu membanding-bandingkan para sahabat di masa Rasulullah صلى الله عليه وسلم maka kami sepakat memilih Abu bakar yang paling utama, kemudian Umar, selanjutnya Utsman bin Affan رضي الله عنهم.”
Diriwayatkan dari Muhammad bin al-Hanafiyyah dia berkata “Kutanyakan pada ayahku siapa manusia yang paling baik setelah Rasulullah صلى الله عليه وسلم?” Maka beliau menjawab, “Abu Bakar!” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau menjawab, “Umar.” Dan aku takut jika dia menyebut Utsman sesudahnya maka kukatakan, “Setelah itu pasti anda. Namun beliau menjawab, “Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin”.
📚 Disalin dari :
ترتيب وتهذيب كتاب البداية والنهاية
Judul Asli: Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah
Penulis: al-Imam al-Hafizh Ibnu Katsir
Pennyusun: Dr.Muhammad bin Shamil as-Sulami
Penerbit: Dar al-Wathan, Riyadh KSA. Cet.I (1422 H./2002 M)
Edisi Indonesia: Al-Bidayah wan-Nihayah Masa Khulafa’ur Rasyidin
Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari
Muraja’ah: Ahmad Amin Sjihab, Lc
Penerbit: Darul Haq, Cetakan I (Pertama) Dzulhijjah 1424 H/ Pebruari 2004 M.
_In Syaa Allah bersambung minggu depan_
•┈┈••❁🌹🌹🌹❁••┈┈•
*PROGRAM TA’AWUN GROUP PARA PENCINTA SUNNAH*
Bagi yang ingin berdonasi di kegiatan ta’awun, dana dapat disalurkan ke :
Rekening PPS
BNI SYARIAH
YAYASAN PARA PEMBELA SUNNAH
NOREK : 7807878003
KODE BANK : 427 (Jika transfer dari bank lain)
Lalu konfirmasi ke salah satu Admin :
dr. M. Faishal Riza Sp.JP : 0811-360-7893
Agus Wijaya : 0812-3082-0070
M. Eko Subekti : 0812-3489-2689
Konfirmasi :
#nama#tanggal transfer#jumlah#keperluan
Atas partisipasi dan ta’awunnya kami ucapkan jazaakumullohu khoiron (Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan).