🔥 Pilar-pilar utama ibadah …
Manusia diciptakan oleh Allah dengan tugas utama beribadah. Allah berfirman,
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkane supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” [QS. Adz-Dzariyat: 56]
Tugas beribadah, bukan berarti hanya ibadah mahdoh tetapi mereka dijadikan Allah sebagai Khalifah di permukaan bumi untuk memakmurkan dengan kebaikan dan manfaat. Mereka menjadi wakil Allah untuk terus-menerus saling menggantikan satu generasi ke generasi berikutnya dalam menjaga dan memakmurkan bumi.
Allah berfirman,
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰۤىِٕكَةِ إِنِّی جَاعِلࣱ فِی ٱلۡأَرۡضِ خَلِیفَةࣰۖ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.” [QS. Al-Baqarah : 30]
Tugas beribadah merupakan amanah yang agung yang Allah bebankan kepada manusia. Mereka dipilih oleh Allah untuk mengemban amanah ini karena hanya merekalah yang mampu. Allah berfirman,
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَیۡنَ أَن یَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَـٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومࣰا جَهُولࣰا.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” [QS. Al-Ahzab : 72]
Berkata Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Allah memuliakan urusan amanah yang ia merupakan kebebasan dalam pilihan dalam menaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dan antara menjadi seorang yang beriman atau kafir, kemudian Allah menjadikan balasan dan adzab berdasarkan pilihannya; Karena sebab agungnya amanah ini, Allah menawarkan kepada makhluk-Nya; Yaitu langit dan bumi serta gunung; memberikan pilihan dengan tanpa mewajibkan; Maka para makluk tadi menolak semuanya untuk membawa amanh ini, mereka berharap untuk pasrah tanpa memilih; Karena sebab mereka takut tidak menjalankannya sebagaimana perintah Allah; Adapun manusia yang lemah mereka menerima amanah ini; Karena sebab mereka dzalim bagi diri mereka, bodoh secara tabiat dalam mengemban amanah.
(Tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili)
Berkata Imam Ibnu Katsir,
Ibnu Abbas berkata, bahwa yang dimaksud dengan amanat adalah ketaatan. Allah menawarkan amanat itu kepada mereka sebelum menawarkannya kepada manusia, tetapi ternyata mereka tidak kuat. Lalu Allah berfirman kepada Adam, “Sesungguhnya Aku telah menawarkan amanat ini kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi mereka tidak mampu memikulnya. Apakah kamu mau memikul amanat ini berikut segala akibatnya?” Adam bertanya, “Apa saja konsekuensinya itu, wahai Tuhanku?”
Allah menjawab, “Jika kamu berbuat baik, maka kamu diberi pahala. Dan jika kamu berbuat buruk, kamu disiksa. Lalu amanat itu diambil oleh Adam. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS. Al-Ahzab: 72)
(Tafsir Ibnu Katsir)
Jadi amanah agung yang dipikul manusia adalah ibadah kepada Allah.
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut) dan raja’ (harapan). Rasa cinta harus dibarengi dengan sikap rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini.
Allah berfirman tentang sifat hamba-hambaNya yang mukmin: “Dia mencintai mereka dan mereka mencintaiNya.” [QS. Al-Ma’idah: 54].
“Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” [QS. Al-Baqarah: 165]
Allah berfirman menyifati para rasul dan nabiNya: “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.” [QS. Al-Anbiya’: 90]
Sebagian salaf berkata: “Siapa yang menyembah Allah dengan rasa hubb (cinta) saja maka ia zindiq. Zindiq adalah istilah untuk setiap munafik, orang yang sesat dan mulhid.
Siapa yang menyembahNya dengan raja’ (harapan) saja maka ia adalah murji’. Murji’ adalah orang Murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagian dari iman. Iman hanya dengan hati. Dan siapa yang menyembahNya hanya dengan khauf (takut) saja, maka ia adalah haruriy. Haruriy adalah orang dari golongan Khawarij, yang pertama kali muncul di Harurro’, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa adalah kafir. Siapa yang menyembahNya dengan hubb, khauf dan raja’ maka ia adalah mukmin muwahhid.”
Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Risalah Ubudiyah. Beliau juga berkata: “Dien Allah adalah menyembahNya, ta’at dan tunduk kepadaNya. Asal makna ibadah adalah adz-dzull (hina). Akan tetapi ibadah yang diperintahkan mengandung makna dzull dan hubb. Yakni mengandung makna dzull yang paling dalam dengan hubb yang paling tinggi kepadanya. Siapa yang tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba (menyembah) kepadanya.
Dan jika ia menyukai sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, maka ia pun tidak menghamba (menyembah) kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mencintai anak atau rekannya. Karena itu tidak cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah, tetapi hendaknya Allah lebih dicintainya dari segala sesuatu dan Allah lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yang berhak mendapat mahabbah (cinta) dan khudhu’ (ketundukan) yang sempurna selain Allah. [Majmu’ah Tauhid Najdiyah, 542].
Inilah pilar-pilar kehambaan yang merupakan poros segala amal ibadah. Ibnu Qayyim berkata dalam Nuniyah-nya: “Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang dalam kepadaNya, beserta kepatuhan penyembahNya. Dua hal ini adalah ibarat dua kutub. Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak. Sumbunya adalah perintah, perintah rasulNya. Bukan hawa nafsu dan syetan.”
Ibnu Qayyim menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintai, yaitu Allah dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul dan syari’atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu dan setan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyari’atkan baginda Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam itulah yang memutar orbit ibadah. Ia tidak diputar oleh bid’ah, nafsu dan khurafat.
(Kitab At-Tauhid, jilid 1)
Wallahu a’lam
🍃 Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
•┈┈••❁🌹🌹🌹❁••┈┈•
PROGRAM TA’AWUN GROUP PARA PENCINTA SUNNAH
Bagi yang ingin berdonasi di kegiatan ta’awun, dana dapat disalurkan ke :
Rekening PPS
BNI SYARIAH
YAYASAN PARA PEMBELA SUNNAH
NOREK : 7807878003
KODE BANK : 427 (Jika transfer dari bank lain)
Lalu konfirmasi ke salah satu Admin :
dr. M. Faishal Riza Sp.JP : 0811-360-7893
Agus Wijaya : 0812-3082-0070
M. Eko Subekti : 0812-3489-2689
Konfirmasi :
nama#tanggal transfer#jumlah#keperluan
Atas partisipasi dan ta’awunnya kami ucapkan jazaakumullohu khoiron (Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan).
•┈┈••❁🌹🌹🌹❁••┈┈•
🌐 Website: bit.ly/ParaPencintaSunnah
💻 Facebook: bit.ly/fb-ParaPencintaSunnah
📷 Instagram: bit.ly/IG-ParaPencintaSunnah
📺 Youtube Channel:
bit.ly/Youtube-ParaPencintaSunnah
📱 Twitter: bit.ly/Twitter-ParaPencintaSunnah
🖨 Telegram: bit.ly/Telegram-ParaPencintaSunnah