Setan berusaha menghalangi manusia melihat kebaikan dengan perbuatan mereka sendiri. Allah memberitahukan kepada bani adam diantara tipu dayanya untuk menghalangi bani adam dari melakukan kebaikan dengan menakut nakutinya.
ٱلشَّیۡطَـٰنُ یَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ وَیَأۡمُرُكُم بِٱلۡفَحۡشَاۤءِۖ وَٱللَّهُ یَعِدُكُم مَّغۡفِرَةࣰ مِّنۡهُ وَفَضۡلࣰاۗ وَٱللَّهُ وَ ٰسِعٌ عَلِیمࣱ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al-Baqarah: 268]
Sumpah setan untuk menggelincirkan manusia kepada kesesatan dengan sungguh-sungguh.
Sehingga manusia harus selalu mengambil jalan kewaspadaan dan tidak boleh lengah darinya.
Allah berfirman,
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ.
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. [QS. Al-A’râf:16-17]
Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah menggambarkan bagaimana jalan tipu daya setan untuk menghalangi manusia dari kebaikan:
إنَّ الشَّيطانَ قعد لابنِ آدمَ بطرقِه , قعد له بطريقِ الإسلامِ , فقال : أتسلِمُ وتذرُ دينَك ودينَ آبائِك ؟ . قال : فعصاه وأسلم . قال : وقعد له بطريقِ الهجرةِ , فقال : أتهاجرُ وتدعُ أرضَك وسماءَك , وإنَّما مثلُ المهاجرِ كالفرسِ في الطِّوَلِ ؟ فعصاه وهاجر , ثمَّ قعد له بطريقِ الجهادِ , وهو جهادُ النَّفسِ والمالِ , فقال : تقاتلُ فتُقتلُ , فتُنكحُ المرأةُ ويُقسَّمُ المالُ ؟ . قال : فعصاه , فجاهد . قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم : فمن فعل ذلك منهم فمات , كان حقًّا على اللهِ أن يدخلَه الجنَّةَ
“Sesungguhnya setan selalu duduk (menggoda) di semua jalan kebaikan anak Adam. Ia duduk di jalan Islam sambil berkata: “Mengapa kamu masuk Islam dan meninggalkan agamamu, agama bapak dan nenek moyangmu?”. Lalu hamba itu tidak menghiraukannya dan ia tetap masuk Islam. Kemudian setan duduk di jalan hijrah sambil berkata: “Mengapa kamu hijrah dan meninggalkan tempat tinggal dan hartamu?”. Hamba itu tidak mempedulikannya, dan ia pun tetap hijrah. Kemudian setan duduk di jalan jihad, yaitu jihad jiwa-raga serta harta, setan lalu berkata: “(kalau kamu jihad) kamu itu saling membunuh dan kamu akan terbunuh, istri kamu akan dinikahi orang lain dan harta kamu akan dibagi-bagi”. Hamba tadi tidak memperdulikannya, ia pun tetap berjihad. Rasulullah bersabda lalu: “Barangsiapa yang melakukan hal demikian, lalu mati, maka hak atas Allah untuk memasukkannya ke dalam surga” [HR. An Nasa’i, 3134, dishahihkan Al-Albani]
Berkata Imam Ibnul Qayyim رحمه الله:
وكلما كان الفعل أنفع للعبد وأحب إلى الله تعالى، كان اعتراض الشيطان له أكبر.
“Setiap kali suatu perbuatan lebih bermanfaat bagi seorang hamba dan lebih dicintai oleh Allah Ta’ala, maka hadangan setan terhadapnya akan semakin besar.” [Ighatsatul Lahafan, jilid 1 hlm. 86]
Wallahu a’lam
🍃 Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc