Serial kitab Tauhid
Syaikh Muhammad bin abdul wahhab at tamimi
Bab 14
Termasuk Syirik: Istighatsah Atau Do’a Kepada Selain Allah
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَ لَا يَضُرُّكَ ۚ فَاِنْ فَعَلْتَ فَاِنَّكَ اِذًا مِّنَ الظّٰلِمِيْنَ
“Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah sebab jika engkau lakukan (yang demikian) maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim.”
(QS. Yunus 10: Ayat 106)
Allah Ta’ala berfirman:
وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗۤ اِلَّا هُوَ ۚ وَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَآ دَّ لِفَضْلِهٖ ۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۗ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. Yunus 10: Ayat 107)
Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:
اِنَّمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْثَانًا وَّتَخْلُقُوْنَ اِفْكًا ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَا يَمْلِكُوْنَ لَـكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللّٰهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
“Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.”
(QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 17)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنْ يَّدْعُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَنْ لَّا يَسْتَجِيْبُ لَهٗۤ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَآئِهِمْ غٰفِلُوْنَ
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah, (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat, dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?”
(QS. Al-Ahqaf 46: Ayat 5)
Allah Jallaa Jalaaluh berfirman:
وَاِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوْا لَهُمْ اَعْدَآءً وَّ كَانُوْا بِعِبَادَتِهِمْ كٰفِرِيْنَ
“Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat), sesembahan itu menjadi musuh mereka, dan mengingkari pemujaan-pemujaan yang mereka lakukan kepadanya.”
(QS. Al-Ahqaf 46: Ayat 6)
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman:
اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْٓءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ الْاَرْضِ ۗ ءَاِلٰـهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ
“Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di Bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.”
(QS. An-Naml 27: Ayat 62)
Ath-Thabrani, dengan menyebutkan sanadnya, meriwayatkan bahwa, pernah terjadi pada zaman Nabi ada seorang munafik yang selalu mengganggu orang-orang mu’min, maka berkatalah salah seorang di antara mereka, “Marilah kita bersama-sama istighatsah kepada Rasulullah supaya dihindarkan dari tindakan buruk orang munafik ini.” Ketika itu, bersabdalah Nabi, Sesungguhnya tidak boleh istighatsah kepadaku, tetapi istighatsah itu seharusnya hanya kepada Allah saja.
Kandungan Bab Ini
1. Istighatsah, pengertiannya lebih khusus dari pada doa. ( Istighatsah adalah meminta pertolongan ketika dalam keadaan sulit supaya dibebaskan dari kesulitan itu.)
2. Tafsiran ayat pertama. ( Ayat pertama menunjukkan bahwa dilarang memohon kepada selain Allah, karena selainNya tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula dapat mendatangkan bahaya kepada seseorang.)
3. Memohon kepada selain Allah adalah syirik akbar.
4. Bahwa orang yang paling shalih sekalipun, kalau dia melakukan perbuatan ini untuk mengambil hati orang lain, maka dia termasuk golongan orang yang zhalim (musyrikin).
5. Tafsiran ayat kedua. ( Ayat kedua menunjukkan bahwa Allah-lah yang berhak dengan segala ibadah yang dilakukan manusia, seperti do’a, istighatsah dan sebagainya. Karena hanya Allah Yang Maha Kuasa, jika dia menimpakan sesuatu bahaya kepada seseorang, maka tiada yang dapat menghilangkannya selain Dia sendiri. Dan jika menghendaki untuk seseorang suatu kebaikan, maka tiada yang dapat menolak karunia-Nya. Tiada seorang pun yang mampu menghalangi kehendak Allah.)
6. Memohon kepada selain Allah tidak mendatangkan manfaat duniawi, disamping perbuatan itu sendiri perbuatan kafir.
7. Tafsiran ayat ketiga. (Ayat ketiga menunjukkan bahwa hanya kepada Allah yang berhak dengan ibadah dan rasa syukur kita, dan hanya kepada-Nya seharusnya kita meminta rizki, karena selain Allah tidak mampu memberikan rizki.)
8. Sebagaimana Surga tidak dapat diminta kecuali Allah, demikian halnya dengan rizki, tidak patut diminta kecuali dari-Nya.
9. Tafsiran ayat keempat. (Ayat keempat menunjukkan bahwa do’a (permohonan) adalah ibadah, karena itu barangsiapa menyelewengkannya kepada selain Allah, maka dia adalah musyrik.)
10. Tiada yang lebih sesat daripada orang yang memohon kepada sesembahan selain Allah.
11. Sesembahan selain Allah itu tidak merasa dan tidak tahu bahwa ada orang yang memohon kepadanya.
12. Permohonan itulah yang menyebabkan sesembahan selain Allah membenci dan memusuhi orang yang memohon kepadanya (pada hari Kiamat).
13. Permohonan ini disebut sebagai ibadah kepada sesembahan selain Allah.
14. Dan sesembahan selain Allah itu nanti pada hari Kiamat akan mengingkari ibadah yang mereka lakukan.
15. Permohonan inilah yang menyebabkannya menjadi orang yang paling sesat.
16. Tafsiran ayat kelima. (Ayat kelima menunjukkan bahwa istighatsah kepada selain Allah -karena tiada yang kuasa kecuali Dia-adalah bathil dan termasuk syirik.)
17. Hal yang mengherankan, bahwa para pemuja berhala mengakui bahwa tiada yang dapat memperkenankan permohonan orang yang berbeda dalam kesulitan selain Allah. Untuk itu, ketika mereka berada dalam keadaan sulit dan terjepit, mereka memohon kepada-Nya dengan ikhlas dan memurnikan ketaatan untuk-Nya.
18. Hadits di atas menunjukkan tindakan preventif yang dilakukan Rasulullah Al-Musthafa, untuk melindungi benteng tauhid, dan sikap ta’abbud (sopan santun) beliau kepada Allah.
_____________________