Kematian adalah keyakinan yang pasti akan kedatangannya. Allah telah menyebutkan makna kematian dengan yakin. Allah berfirman,
وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ یَأۡتِیَكَ ٱلۡیَقِینُ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” [QS. Al-Hijr: 99]
Berkata Imam Ibnu Katsir رحمه الله,
Menurut Imam Bukhory dari Salim bin Abdillah, yang dimaksud dengan hal yang diyakini ialah maut atau ajal.
Sebagai dalilnya ialah firman Allah dalam ayat lain ketika menceritakan perihal ahli neraka. Disebutkan bahwa mereka mengatakan:
{لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ}
Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian. [QS. Al-Muddatstsir: 43-47]
Di dalam hadis sahih melalui hadis Az-Zuhri, dari Kharijah ibnu Zaid ibnu Sabit, dari Ummul Ala (seorang wanita dari kalangan Ansar) disebutkan:
bahwa ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم masuk ke tempat Usman ibnu Maz’un yang telah wafat, lalu Ummul Ala berkata, “Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepadamu, hai Abus Sa’ib (nama julukan Usman ibnu Maz’un). Kesaksianku terhadapmu menyatakan bahwa sesungguhnya Allah telah memuliakanmu.”
Maka Rasulullah bersabda, “Apakah yang membuatmu mengetahui bahwa Allah telah memuliakannya?”
Ummul Ala berkata, “Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah. Maka siapa lagikah yang mau memberikan kesaksian (untuknya)?”
Rasulullah bersabda:
أَمَّا هُوَ فَقَدْ جَاءَهُ الْيَقِينُ، وَإِنِّي لَأَرْجُو لَهُ الْخَيْرَ
Adapun dia, sesungguhnya dia telah kedatangan hal yang meyakinkan (yakni kematian), dan sesungguhnya saya benar-benar memohon kebaikan (untuknya).
Dari makna ayat ini disimpulkan bahwa ibadah seperti salat dan lain-lainnya diwajibkan kepada manusia selagi akalnya sehat dan normal, maka ia mengerjakan salatnya sesuai dengan kondisinya, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
“صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْب”
Sholatlah sambil berdiri; dan jika kamu tidak mampu (berdiri), maka (salatlah) dengan duduk. Dan jika kamu tidak mampu (duduk), maka (salatlah) dengan berbaring pada lambung.” [HR Bukhory]
Keterangan ini dapat dijadikan dalil yang menyalahkan pendapat sebagian orang-orang ateis atau sufy yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan Al-Yaqin dalam ayat ini ialah makrifat. Untuk itu, mereka mengatakan bahwa bilamana seseorang dari mereka telah sampai kepada tingkatan makrifat, maka gugurlah taklif atau kewajiban mengerjakan ibadah. Hal ini jelas merupakan kekufuran, kesesatan, dan kebodohan; karena sesungguhnya para nabi dan para sahabatnya adalah orang yang paling makrifat kepada Allah dan paling mengetahui tentang hak-hak Allah serta sifat-sifat-Nya dan pengagungan yang berhak diperoleh-Nya. Akan tetapi, sekalipun demikian mereka adalah orang yang paling banyak mengerjakan ibadah dan paling mengekalkan perbuatan-perbuatan kebaikan sampai ajal menjemput mereka.
Sesungguhnya makna yang dimaksud dengan istilah Al-Yaqin dalam ayat ini ialah kematian, seperti yang telah dijelaskan di atas. Akhirnya kami panjatkan puja dan puji kepada Allah atas hidayah yang telah diberikan-Nya, dan hanya kepada-Nyalah memohon pertolongan dan bertawakal. Dialah yang berhak mewafatkan kita dalam keadaan yang paling baik dan paling sempurna, dan sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
[Tafsir Ibnu Katsir]
Namun sayang, sekalipun keyakinan akan datangnya kematian hampir tidak ada yang meragukannya, tetapi ternyata justru manusia paling sedikit menyiapkan diri untuk menyambut kedatangannya. Sebagaimana ungkapan Amirul mukminin Umar bin Abdul Aziz رحمه الله berikut ini.
قال عمر بن عبد العزيز رحمه الله:
ما رأيت يقينًا أشبه بالشك من يقين الناس بالموت ثم لا يستعدون له.
(تفسير القرطبي 10/59)
Berkata Umar bin Abdil Aziz رحمه الله,
Aku belum pernah menyaksikan sebuah keyakinan yang diserupakan dengan keraguan, dibandingkan keyakinan manusia dengan datangnya kematian namun dia tidak mempersiapkan untuk itu.
[Tafsir Al-Qurtuby, 10/59]
Wallahu a’lam
🍃 Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
•┈┈••❁🌹🌹🌹❁••┈┈•
*Laporan Donasi Baksos Pengobatan Gratis Bojonegoro 2019*
Assalamu’alaikum ya ikhwah,
Alhamdulillah dana yang telah terkumpul hingga hari ini adalah *sebesar Rp. 4.835.000,-*
Adapun kekurangan dana dari total kebutuhan adalah *sebesar Rp. 10.165.000,-*
Berikut laporannya.
20-09-19, Hamba Allah, Sidoarjo, 100.000
23-09-19, Hamba Allah, Sidoarjo, 100.000
26-09-19, Jamaah Masjid Al Furqon Surabaya, 2.000.000
28-09-19, Hamba Allah, 35.000
1-10-19, Hamba Allah, Sidoarjo, 100.000
3-10-19, Hamba Allah, 50.000
3-10-19, Hamba Allah, 200.000
4-10-19, Hamba Allah, 50.000
4-10-19, Hamba Allah, 100.000,-
6-10-19, Hamba Allah, 200.000,-
7-10-19, Hamba Allah, 100.000,-
15-10-19, Hamba Allah, 100.000,-
15-10-19, Hamba Allah, 100.000,-
22-10-19, Majelis Taklim, 1.100.000,-
23-10-19, Hamba Allah, 500.000,-
Bagi yang ingin berpartisipasi, bisa di transfer ke:
No. Rek : 2710696295
Bank : BCA
A.n. Nugroho Wicaksono
Setelah transfer, mohon memberikan konfirmasi ke:
1. +62 0857-3030-8161 (Yudi)
2. +62 0823-3603-7726 (Farid)
3. +62 0881-500-6720 (Nugroho)
Acara bakti sosial ini, In Syaa Allah akan diadakan di Desa Nglumber, Kec. Kepohbaru, Kab. Bojonegoro
Adapun rangkaian kegiatan sbb:
1. Pengobatan Gratis
2. Pengajian Umum bersama Ustadz Abdul Rouf hafidzahullah
3. Tebar buku
•┈┈••❁🌹🌹🌹❁••┈┈•
Atas partisipasi dan ta’awunnya kami ucapkan jazaakumullohu khoiron (Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan).
Acara ini diselenggarakan oleh:
1. Yayasan Para Pembela Sunnah
2. Para Pencinta Sunnah
3. Remas Masjid Al Furqon, RSUD dr. Soewandi Surabaya
#Mohon bantuannya untuk disebarluaskan.