*đ SIRAH NABAWIYAH*
————— EPISODE 17 —————
âJIBRIL ‘alaihis sallam TURUN MEMBAWA WAHYUâ đ
Tatkala usia beliau genap 40 tahun (yang merupakan puncak kematangan, ada pula yang menyatakan bahwa di usia inilah para rasul diutus), Tanda-tanda nubuwwah (kenabian) nampak dan bersinar, di antaranya; Adanya sebuah batu di Makkah yang mengucapkan salam kepada beliau, beliau juga tidak bermimpi kecuali sangat jelas, sejelas Fajar shubuh yang menyingsing.
Hal ini berlangsung hingga 6 bulan (sementara masa kenabian selama 23 tahun) sehingga ruâya shadiqah (mimpi yang benar) merupakan bagian dari 46 tanda kenabian. Ketika pengasingan dirinya (uzlah) di gua Hiraâ memasuki tahun ketiga, tepatnya di bulan Ramadhan, ALLAH menghendaki rahmat-NYA terlimpahkan kepada segenap penduduk bumi, lalu dimuliakanlah beliau dengan mengangkatnya sebagai nabi, lalu Jibril turun kepadanya dengan membawa beberapa ayat Al-Qurâan.
Setelah memperhatikan & mengamati beberapa bukti penguat dan dalil-dalil, kita dapat menentukan terjadinya peristiwa tersebut secara tepat, yaitu pada hari Senin, tanggal 21 Ramadhan, di malam hari, bertepatan dengan 10 Agustus 610 M. Tepatnya beliau saat itu sudah berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut Kalender Hijriah dan sekitar usia 39 tahun, 3 bulan, 20 hari berdasarkan kalender Masehi.
âAisyah radhiyallahu anha berkataâ, âWahyu yang mula pertama dialami oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah berupa ar-ruâya ash-sahlihah (mimpi yang benar) dalam tidur. Beliau tidak bermimpi melainkan sangat jelas, sejelas Fajar shubuh yang menyingsing, kemudian beliau mulai suka menyendiri dan beliau melakukannya di gua Hiraâ; di mana beliau beribadah di dalamnya selama beberapa malam. Selanjutnya kembali ke keluarganya & mengambil perbekalan untuk itu, kemudian kembali lagi kepada istrinya, Khadijah, dan mengambil perbekalan yang sama. Hingga akhirnya, pada suatu hari, datanglah kebenaran kepadanya saat beliau berada di gua Hiraâ tersebut.
Seorang malaikat datang menghampiri sembari berkata, âBacalah!â
(beliau berkata) lalu aku menjawab, âAku tidak bisa membaca!â
Beliau Shallallahu Alaihi Wa Sallam bertutur lagi, âKemudian dia memegang dan merengkuhku hingga aku kehabisan tenaga, lalu setelah itu melepaskanku sembari berkata, âBacalah!â
Aku tetap menjawab, âAku tidak bisa membaca!â
Lalu untuk kedua kalinya, dia memegang dan merengkuhku hingga aku kehabisan tenaga kemudian melepaskanku seraya berkata lagi, âBacalah!â
Aku tetap menjawab, âAku tidak bisa membaca!â
Kemudian dia melakukan hal yang sama untuk ketiga kalinya, sembari berkata, âBacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmu-lah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qolam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.â [QS. Al-Alaq: 1-5]
Setelah itu Rasulullah pulang dengan merekam bacaan tersebut dalam kondisi gemetar, lantas menemui istrinya, Khadijah binti Khuwailid, sembari berucap, âSelimuti aku! Selimuti aku!â
Beliau pun diselimuti hingga rasa takutnya hilang. Beliau bertanya kepada Khadijah, âAda apa denganku ini?â
Lantas beliau menuturkan kisahnya (dan berkata), âAku amat khawatir terhadap diriku!â
Khadijah berkata, âSekali-kali tidak akan demikian!
Demi ALLAH!
DIA tidak akan menghinakanmu selamanya!
Sungguh engkau adalah penyambung tali kerabat, pemikul beban orang lain yang mendapatkan kesusahan, pemberi orang yang papa, penjamu tamu serta pendukung setiap upaya penegakan kebenaranâ.
Kemudian Khadijah berangkat bersama beliau menemui âWaraqah bin Naufal bin Asan bin Abdul Uzzaâ, sepupu Khadijah.
Dia adalah seorang penganut agama Nasrani pada masa Jahiliyah dan mampu menukil beberapa tulisan dari Injil dengan tulisan Ibrani sebanyak yang mampu ditulisnya (atas kehendak ALLAH). Dia juga seorang yang sudah tua renta dan buta. Maka berkatalah Khadijah kepadanya, âWahai sepupuku!
Dengarkanlah (cerita) dari keponakanmu ini!â
Waraqah berkata, âWahai keponakanku! Apa yang engkau lihat?â
Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam membeberkan pengalaman yang sudah dilihatnya. Waraqah berkata kepadanya, âItu adalah makhluk kepercayaan ALLAH (Jibril) yang telah ALLAH utus kepada Nabi Musa!
Andai saja aku masih bugar dan muda ketika itu!
Andai saja aku masih hidup ketika engkau diusir oleh kaummu!â
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bertanya, âApakah mereka akan mengusirku?â
Dia menjawab,
âYa, tidak seorang pun yang membawa seperti yang engkau bawa ini melainkan akan dimusuhi, dan jika aku masih hidup pada saat itu niscaya aku akan membelamu dengan segenap jiwaragakuâ.
Kemudian tak berapa lama dari itu,
Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus (mengalami masa vakum)â. [Shahih Al-Bukhari, I/2,3. Al-Bukhari juga mengeluarkannya dii dalam kitab At-Tafsir dan Kitab Taâbir Ar-Ruâya namun lafazhnya sedikit berbeda)
In Syaa Allah bersambung ahad besok
đ “FOOTNOTES:” đ
IBNU HAJAR Berkata, âAl-Baihaqi mengisahkan bahwa masa ruâya (mimpi) berlangsung selama 6 bulan. Berdasarkan hal ini, maka permulaan kenabian dengan adanya ruâya tersebut terjadi pada bulan kelahiran beliau, yaitu Rabiâul Awal, setelah genap berusia 40 tahun. Sedangkan wahyu dalam kondisi terjaga terjadi pada bulan Ramadhanâ. [Fath Al-Bari, 1/27]
âDari Abi Qatadah bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam telah ditanya tentang puasa pada hari Seninâ, dia berkata, âHari itu adalah hari saya dilahirkan, dan hari saya mendapatkan wahyuâ. [Shahih Muslim, 1/819]. Oleh karena itu, hari dimulai wahyu adalah hari senin.
đ HIKMAH (PELAJARAN) đ
[1]
Jibril memeluk dengan keras Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sampai 3 kali. Dari kejadian itu, Syuraih Al-Qadhi mengambil kesimpulan bahwa seorang tidak boleh memukul anak untuk belajar Al-Qurâan lebih dari 3 kali, sebagaimana Jibril hanya memeluk dengan keras yang menyebabkan tersesak hanya 3 kali.
[2]
Ilmu adalah simbol (inti) dari agama ini, wahyu dimulai dengan kata, âbacalahâ, dengan demikian, setiap muslim dituntut untuk membaca dan menganalisa, untuk mengamalkan âtaujih Rabbaniâ (arahan ilahi) ini yang mengawali wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam.
[3]
Disandingkannya qiraâat (perintah untuk membaca, belajar) dengan nama ALLAH memberikan isyarat bahwa ilmu harus dibarengi dengan keimanan & ilmu yang benar adalah yang bisa mengantarkan kepada keimanan.
[4]
Rasulullah datang menemui Khadijah radhiyallahu anha dalam kondisi tegang & takut, tetapi langkah awal yang dilakukan Khadijah bukan mengejar dengan pertanyaan dan meminta penjelasan secara rinci, tetapi langkah paling pertama yang dia lakukan adalah menenangkannya. Orang yang sedang kaget tidak pantas ditanyai sesuatu hingga hilang ketakutannya. Imam Malik berkata, âOrang yang ketakutan tidak sah jual belinya, Iqrar (pengakuan) dan lainnyaâ.
[5]
Seorang yang menghadapi masalah mestinya tidak dirahasiakan sendiri,
dan dianjurkan agar membicarakan kepada orang yang dia percayai untuk bisa memberikan masukan dan pandangan.
[6]
Akhlak yang mulia & budi pekerti yang baik adalah sarana untuk terhindar dari kejahatan & malapetaka,
siapa yang banyak kebaikannya,
maka kesudahannya akan berujung pada kebaikan dan akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
[7]
Perkataan Waraqah radhiyallahuanhu, âTidak ada Nabi yang tidak dimusuhi oleh kaumnyaâ.
Dalam riwayat lain, Waraqah berkata, âTidak ada orang yang membawa (ajaran) seperti yang kamu bawa, kecuali dia disakitiâ.
Berdasarkan penjelasan di atas, suatu masalah penting yaitu seorang daâi kepada ALLAH Taâala pasti akan menghadapi musuh ketika melakukan amal dakwah.
ALLAH Taâala berfirman, âDan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa.dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolongâ. [QS. Al-Furqan ayat 31]
Syaikh Abdul Rahman bin Qasim rahimahullah berkata, âSiapa saja yang komitmen dengan Islam dan mengajak kepadanya, maka dia telah menanggung beban amanah yang tinggi dan telah meniti misi seorang Rasul dalam berdakwah, dan dia telah memasuki area pertarungan antara manusia dengan syahwat dan hawa nafsu, dan keyakinan yang batil. Pada saat itu, orang tersebut pasti menghadapi rintangan. Oleh karena itu, hendaknya dia selalu bersabar & berupaya untuk mendapatkan pertolongan ALLAHâ. [Fikih Sirah Nabawiyah]
Mari bersholawat atas Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Mari mempelajari perjalanan hidup suri teladan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Sumber Buku:
– Ar-Rahiq al-Makhtum (Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, edisi revisi); Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri (Penerbit Darul Haq, Jakarta)
– Fikih Sirah Nabawiyah; Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid (Penerbit Darus Sunnah, Jakarta)
â˘âââ˘â˘âđšđšđšââ˘â˘âââ˘
*PROGRAM TA’AWUN GROUP PARA PENCINTA SUNNAH*
Bagi yang ingin berdonasi di kegiatan ta’awun Para Pencinta Sunnah, dana dapat disalurkan ke :
Rekening PPS
BNI SYARIAH
NURKHOLID ASHARI
NOREK : 0431487389
KODE BANK : 427 (Jika transfer dari bank lain)
Lalu konfirmasi ke salah satu Admin :
Farid : 0823-3603-7726
Nugroho : 0881-5006-720
Nurkholid : 081-331-946-911
Konfirmasi :
#nama#tanggal transfer#jumlah#keperluan
Atas partisipasi dan ta’awunnya kami ucapkan jazaakumullohu khoiron (Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan).
â˘âââ˘â˘âđšđšđšââ˘â˘âââ˘
đ Website: bit.ly/ParaPencintaSunnah
đť Facebook: bit.ly/fb-ParaPencintaSunnah
đˇ Instagram: bit.ly/IG-ParaPencintaSunnah
đş Youtube Channel:
bit.ly/Youtube-ParaPencintaSunnah
đą Twitter: bit.ly/Twitter-ParaPencintaSunnah
đ¨ Telegram: bit.ly/Telegram-ParaPencintaSunnah