NASEHAT USTADZ YAZID BIN ‘ABDUL QADIR JAWAS -hafizhahullaah- (MEMINTA DAN BERHARAP HANYA KEPADA ALLAH)
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Antum perhatikan:
– Allah memberikan rezeki kepada orang kafir,
– memberikan rezeki kepada orang fajir yang jahat,
– Allah memberikan rezekikepada orang yang berbuat maksiat;
maka tidak mungkin Allah Allah nggak berikan rezekikepada kita yang ruku’ dan sujud kepada Allah.
Harus yakin seperti itu.
Setiap thalibul ‘ilmi (penuntut ilmu), setiap muslim: harus yakinbahwa jika melaksanakan perintah Allah; maka pasti diberikan rezeki oleh Allah:
– Kita menuntut ilmumerupakan kewajiban, makapasti akan diberikan rezeki oleh Allah.
– Kita ibadah tetap terus jalan, dan Allah akan berikan rezeki.
– Kita dakwah terus jalan, danjangan mengharapkan sesuatu dari manusia. Tetapi kebanyakan manusia mengharap sesuatu pada manusia, dan mereka minta-minta; padahal minta-minta hukumnya haram dalam Islam.
Bahkan ada da’i yang mengharapkan: “Saya ngajarharus dikasih uang, saya nggak mau kalau nggak dapat uang.” Hal semacam ini tidak boleh dalam Islam. Kewajiban menyampaikan dakwah wajib.
Ketika seorang menjadi imam shalat; maka dia wajib untuk mengimami, ketika adzan dikumandangkan; maka muadzin wajib untuk mengumandangkan adzan. Ibadah wajib, termasuk:menuntut ilmu adalah]wajib.
Maka kita mengharapkanrezeki dari siapa? Dari Allah, bukan dari manusia.
Tidak boleh kita iri kepada orang lain, dan tidak boleh dengkikepada orang lain, tapi minta kepada siapa? Kepada Allah.
Allah sebutkan dalam SuratAn-Nisaa’ ayat 32:
{وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا}
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa’: 32)
Oleh karena itu dikatakan olehImam Ibnul Qayyim -rahimahullaah- dalam kitabnya“Madaarijus Saalikiin”:
“Orang yang meminta-minta kepada manusia: rusak TauhidRububiyyah-nya.”
Kalau kita lihat banyakpenuntut ilmu minta kepada penuntut ilmu yang lain, dan da’i minta kepada muridnya; maka initidak boleh dalam Islam.
Mintalah kepada Allah:
{وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ}
“Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 32)
Dengan kita beribadah kepada Allah; maka Allah berikan rezeki kepada kita dengan rezeki seperti air yang mengalir.
Jangan mengharap sesuatukepada manusia; sehingga dengan demikian kita menjadi orang yang paling kaya di muka bumi ini. Tapi banyak orang yang tidak faham, ada orang yang katanya mengajarkan Tauhid, KitabTauhid; tapi masih meminta-minta kepada orang; maka hal initidak boleh tidak dalam Islam. Tidak boleh kita ceritakan urusan kita kepada orang supaya dibantu; seperti kalau ada yang bertanya: “Ustadz, bagaimanakabarnya?” Maka dijawab: “Baik,cuma anak saya sakit.” Tujuannyasupaya orang bantu anaknya sakit. Ada lagi yang bertanya:“Bagaimana kabarnya?” Dijawab:“Baik, cuma anak saya belum bayar SPP.” Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaah. Ini merupakan bentuk menghinakan diri kepada manusia, dan hal ini tidak boleh dalam Islam.
Kita harus memiliki ‘izzah (keperkasaan/kemuliaan), oleh karena itulah Nabi -shallallaahu‘alaihi wa sallam- bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ وَعِزَّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
“Ketahuilah, bahwa kemulian seorang mukmin: shalatnya dia di tengah malam, dan keperkasaannya: tidak mengharap sesuatu dari manusia.” [HR. Ath-Thabrani dalam “Al-Mu’jamul Ausath, Abu Nu’aim dalam “Hilyatul Aulia”, dan Al-Hakim dalam “Al-Mustadrak”]
Kita tidak meminta-minta kepada manusia, tapi hanyaminta kepada Allah. Allah lah yang mengajarkan:
{وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ}
“Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 32)
Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- mengajarkan kepada Ibnu ‘Abbas -radhiyallaahu ‘anhumaa- yang masih remaja:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ
“Apabila engkau minta; maka mintalah kepada Allah, dan kalau engkau minta tolong; maka minta tolonglah kepada Allah.”
Inilah yang kita baca setiap hari dalam Shalat:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
“Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
Dalam pembahasan Tauhid Rububiyyah, dari segi rezeki ini saja belum yakin: masih banyak keluhan; baik dari ustadznya,penuntut ilmunya, dan istrinya juga, terus mengeluh dan tidakada habisnya. Tidak ada syukur kepada Allah. Padahal, seandainya kita punya cuma satu gelas kecil walaupun tidak ada yang lain, tapi kita bisa masak, kita makan dan istri kita bisa makan: maka itu merupakan nikmat dari Allah, walaupun seandainya kita tidak punya yang lain; maka itu sudah cukup Allah berikan kepada kita, meskipun tidak ada lauk; tapi itu sudah cukup, karena banyak orang yang lebih susah dari kita.
Maka Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- memerintahkan kepada kita:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلُ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah kepada yang bawahmu, jangan lihat yang atas;supaya engkau tidak menganggap remeh nikmat Allah kepadamu.”
Jadi kita bersyukur kepada Allah. Bahkan kata Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-: orang yang diberikan aman oleh Allah, kesehatan, dan dia punya rezeki walau pas-pasan; maka seolah-olah ia menguasai dunia. Karena nikmat Allah sangat banyak, dan kalau kita menghitung nikmat mata, nikmat telinga, dan nikmat-nikmat yang lain; maka sangat banyak, dan wajib kita syukuri.
Maka kalau ada kekurangan sedikit dari harta; janganlah kita keluhkan kepada manusia. Karena yang memberikan rezeki adalah Allah; maka bagaimana bisa kita keluhkan Allah kepadamanusia?! Ini salah!! Yang benar adalah: kita mengeluhkannya kepada Allah: “Ya Allah, saya tidak punya beras. Ya Allah, saya tidak punya uang. Ya Allah, saya tidak punya biaya untuk Rumah Sakit, untuk sekolah anak.”
Mintalah kepada Allah, dan adukanlah semuanya kepada Allah; jangan manusia! Karena yang mau mendengarkan keluhan kita hanyalah Allah saja, yang mendatangkan manfaat kepadakita hanyalah Allah, dan yang menolak bahaya hanya Allah. Kita harus yakin seyakin-yakinnya.
Ini masih pembahasan Rububiyyah, dan ini saja kalau dikaji luas; barulah kita bisa memahaminya.
-ditranskrip dan diedit oleh: Ahmad Hendrix
Sumber: https://youtu.be/6LZCTSdBhtI