*Rubrik Muhasabah dan Renungan*
*Memperbaiki Niat*
Niat adalah hal utama yang menentukan baik tidaknya nilai ibadah yang dilakukan oleh seseorang, sebagaimana hadits Umar bin Khatthab radhiyallahu ánhu, bahwa Rasulullah -shallallahu álaihi wa sallam- bersabda;
إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Setiap orang itu akan mendapat ganjaran sesuai dengan niatnya.”. (HR. Bukhari, 1/1).
Niat seorang belajar agama tidaklah sama dengan niat orang yang menuntut ilmu dunia. Orang yang menuntut ilmu agama, wajib untuk menetapkan niat asalnya yaitu untuk Allah, untuk mengangkat sifat bodoh terhadap hukum agama yang melingkupinya dan mengangkat sifat yang sama yang ada pada selainnya.
Olehnya, Rasulullah -shallallahu álaihi wa sallam- memperingatkan lewat haditsnya pada orang-orang yang menuntut ilmu agama selain karena niat yang telah disebutkan. Ibnu Umar radhiyallahu ánhuma berkata, bahwa Rasulullah -shallallahu álaihi wa sallam- bersabda;
من طلب العلم ليماري به السفهاء أو ليباهي به العلماء أو ليصرف وجوه الناس إليه فهو في النار
“Siapa yang mencari ilmu agama untuk membodohi orang-orang yang tidak berilmu, atau untuk mengangkat dirinya dihadapan para ulama, atau agar orang-orang berpaling dan memujinya; maka orang itu akan masuk ke dalam neraka.”. [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Muqaddimah 253, dan dishahihkan Al–Albani lihat Al–Misykat 225–226 ; bersumber dari sahabat Ibnu Umar Rhadiyallahu ‘anhu]
Seorang yang mempelajari ilmu agama dengan niat yang benar, maka merekalah yang dinyatakan oleh Imam Ahmad rahimahullah;
(( العلم لا يعدله شيء لمن صحت نيته )). قالوا : كيف ذلك ؟ قال : ينوي رفع الجهل عن نفسه وعن غيره
“Menuntut ilmu agama adalah jenis ibadah yang tidak terbandingi bagi orang yang benar niatnya.”. Orang-orang bertanya; bagaimana niat yang benar itu ?. Beliau berkata; “Jika niatnya dalam menuntut ilmu adalah untuk mengangkat kebodohan pada dirinya dan pada orang selainnya.”. [Kitabul ‘Ilmi libnil ‘Utsaimin rahimahullah, hal. 22]
Menuntut ilmu agama –dalam beberapa hal yang spesifik- tidaklah sama dengan menuntut ilmu keduniaan. Olehnya, ingatlah selalu hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang hijrahnya dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul Nya, maka hijrahnya akan dinilai sebagai ketaatan kepada Allah dan Rasul Nya (sebagai ibadah). Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia yang hendak diraihnya, atau untuk wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu akan mendapat seperti itu.”. Selanjutnya gantilah kata _hijrah_ dalam hadits tersebut dengan _menuntut ilmu agama_; demikianlah adab dasar dan utama yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu agama.
✍ Penulis : Ustadz Muhammad Irfan Zain, Lc
•┈┈••❁???❁••┈┈•
? Website: https://parapencintasunnah.com
? Facebook: https://m.facebook.com/home.php
? Instagram: https://www.instagram.com/parapencintasunnah/
? Youtube Channel:
https://www.youtube.com/channel/UC57GxhB_9_e3Ns4S4z2qybw
? Twitter: https://twitter.com/PPSunnah?s=08
•┈┈••❁???❁••┈┈•