Allah berfirman yang menyebutkan pengaduan Rasulnya tentang kaumnya yang mengabaikan Al-Qur’an,
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
“Berkatalah Rasul, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini sebagai sesuatu yang diabaikan” [QS. Al-Furqon: 30].
Berkata Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله tentang macam-macam bentuk meninggalkan dan mengabaikan Al-Qur’an sebagai berikut:
أحدها : هجر سماعه والإيمان به والإصغاء إليه:
أي الابتعاد عن سماع القرآن بين الحين والحين وتحاشي ذلك ، أو أن يضيق صدر الإنسان عند سماعه للقرآن –والعياذ بالله تعالى من ذلك-
Yang pertama, Tidak mau mendengarkan, mengimani dan memperhatikan al-Qur’an.
Yaitu menjauh dari mendengarkan Al-Qur’an antara ini dan itu dan menjauhinya, atau merasa sempit dadanya dikala mendengarkan Al-Qur’an. -Wal’iyadzu billah-
والثاني : هجر العمل به والوقوف عند حلاله وحرامه وإن قرأه وآمن به:
Yang kedua, Tidak mau mengamalkan Al-Qur’an, tidak menghalalkan apa yang dihalalkannya, dan tidak mengharamkan apa yang diharamkannya meskipun dia membaca dan mengimaninya.
أي هجر القرآن الكريم هو الوقوف عند تلاوة القرآن الكريم فقط تلاوة لفظية فقط، من دون أن يُجاوز الحناجر إلى القلوب، ومن دون أن يطبق ما في القرآن الكريم من أوامر، ومن دون أن ينتهي عما فيه من نواهي ومحذورات
Yaitu menjauhi Al-Qur’an hanya dengan mencukupkan dengan tilawahnya saja secara lafadz, bacaannya tidak melewati kerongkongannya, tidak mengamalkan perintah Al-Qur’an dan tidak pula berhenti dari apa yang dilarangnya.
والثالث : هجر تحكيمه والتحاكم إليه في أصول الدين وفروعه واعتقاد وأنه لا يفيد اليقين وأن أدلته لفظية لا تحصل العلم
Yang ketiga, Tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai hakim dan landasan hukum dalam urusan pokok agama, cabang-cabangnya maupun aqidahnya.
Bahwa Al-Qur’an tidak memberi faedah keyakinan, dalil-dalilnya hanya bersifat lafadz saja tanpa membuahkan ilmu.
والرابع : هجر تدبره وتفهمه ومعرفة ما أراد المتكلم بهمنه
Yang keempat, Tidak berupaya mentadabburi, menghayati dan memahami makna-makna yang terkandung dalam apa yang disampaikan (Allah) yang berbicara didalamnya
وقد قال: أهل العلم: [من لم يقرأ القرآن فقد هجره ، ومن قرأ القرآن ولم يتدبَّر معانيه فقد هجره ، ومن قرأه وتدبَّره ولم يعمل بما فيه فقد هجره].
Berkata Ahli ilmu: barang siapa tidak membaca Al-Qur’an berarti menjauhinya, barangsiapa yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak mau memahami maknanya berarti menjauhinya, barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dia memahami maknanya tetapi tidak mau mengamalkannya berarti menjauhinya.
يقول الإمام الغزالي – رحمه الله تعالى -:
[ وتلاوة القرآن حق تلاوته هو أن يشترك فيه اللسان والعقل والقلب ، فحظ اللسان تصحيح الحروف بالترتيل ، وحظ العقل تفسير المعاني ، وحظ القلب الاتعاظ والتأثر بالانزجار والائتمار ، فاللسان يرتل والعقل يترجم والقلب يتعظ ].
Berkata Imam Al-Ghozaly رحمه الله,
Membaca Al-Qur’an dengan sebenar-benar bacaan ialah yang berserikat padanya lisan, akal dan hati.
Adapun bagian lisan itu membenarkan bacaan huruf dengan tartil.
Adapun bagian akal adalah mengerti makna-maknanya.
Sedangkan bagian hati ialah mengambil nasihat dan terpengaruh dengan celaan dan pujiannya.
Maka lisannya mengucapkan dengan tartil, akalnya menterjemahkan sedangkan hatinya mengambil pelajaran
والخامس : هجر الاستشفاء والتداوي به في جميع أمراض القلوب وأدوائها ، فيطلب شفاء دائه من غيره ويهجر التداوي به ، وكل هذا داخل في قوله تعالى :
{وقال الرسول يا رب إن قومي اتخذوا هذا القرآن مهجوراً} [الفرقان3:] وإن كان بعض الهجر أهون من بعض أهـ
Yang kelima, Tidak mau mengambil kesembuhan dan pengobatan dengan Al-Qur’an pada semua penyakit-penyakit hati.
Lalu dia mencari kesembuhan penyakitnya dari selain Al-Qur’an dan meninggalkan untuk berobat dengannya.
Semua ini termasuk dalam kategori firman Allah: “Berkatalah Rasul, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini sebagai sesuatu yang diabaikan”.
Sekalipun sebagian perbuatan meninggalkannya itu lebih ringan dari yang lainnya.
[Al-Fawaid karya Ibnul Qayyim 1/82]
🍃 Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
Di repost oleh Para Pencinta Sunnah
•┈┈••❁🌹🌹🌹❁••┈┈•