*🌙 SIRAH NABAWIYAH*
————— EPISODE 20 —————
*“DAKWAH JAHRIYYAH (bagian 1)”*
– Perintah Pertama untuk Menampakkan Dakwah –
Sehubungan dengan hal ini, ayat pertama yang turun adalah: “Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat”. [QS. Asy-Syu’ara ayat 214]
Sebelumnya terdapat alur cerita yang menyinggung kisah Nabi Musa ‘alaihis sallam dari permulaan kenabian hingga hijrah bersama Bani Israil,
lolosnya mereka dari kejaran Fir’aun dan kaumnya dan serta tenggelamnya Fir’aun bersama kaumnya. Kisah ini mengandung semua tahapan yang dilalui oleh Nabi Musa ‘alaihis sallam dalam dakwahnya terhadap Fir’aun dan kaumnya agar menyembah ALLAH.
Seakan-akan rincian ini dipaparkan seiring dengan perintah kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa untuk berdakwah kepada ALLAH secara terang-terangan, agar di hadapan beliau dan sahabatnya terdapat contoh atas pendustaan & penindasan yang akan mereka alami nantinya manakala mereka melakukan dakwah secara terang-terangan. Demikian pula, agar mereka mengetahui resiko dari hal itu semenjak awal memulai dakwah mereka tersebut.
Surat tersebut (Asy-Syu’ara) juga berbicara mengenai nasib yang dialami oleh para pendusta para Rasul, di antaranya kaum Nabi Nuh ‘alaihis sallam, kaum Ad & Tsamud, kaum Nabi Ibrahim ‘alaihis sallam, kaum Nabi Luth ‘alaihis sallam serta kaum Nabi Syu’aib ‘alaihis sallam (di samping yang berkaitan dengan perihal Fir’aun dan kaumnya). Semua itu dimaksudkan agar mereka yang akan melakukan pendustaan menyadari apa yang akan terjadi terhadap mereka & siksaan ALLAH yang akan mereka alami bila terus melakukan pendustaan.
Sebaliknya agar kaum Mukminin mengetahui bahwa kesudahan yang baik dari itu semua akan berpihak kepada mereka bukan kepada para pendusta tersebut.
– Berdakwah di Kalangan Kaum Kerabat –
Setelah turunnya ayat tersebut,
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengundang para kerabat terdekatnya Bani Hasyim. Mereka pun datang disertai oleh beberapa orang dari Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf yang berjumlah sekitar 45 orang. Namun tatkala Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan berbicara, Tiba-tiba Abu Lahab memotongnya seraya berkata, “Mereka itu adalah paman-pamanmu & para sepupumu. Bicaralah dan tinggalkanlah menganut agama baru. Ketahuilah! Bahwa kaummu tidak akan mampu melawan seluruh bangsa Arab. Aku adalah orang yang paling pantas mencegahmu. Cukuplah bagimu suku-suku dari pihak bapakmu. Bagi mereka, jika engkau bersikeras melakukan apa yang engkau lakukan sekarang, adalah lebih mudah ketimbang bila seluruh marga Quraisy bersama-sama bangsa Arab bergerak memusuhimu. Aku tidak pernah melihat ada orang yang membawa kepada suku-suku dari pihak bapaknya sesuatu yang lebih jelek dari apa yang engkau bawa ini”. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya diam dan tidak berbicara pada pertemuan itu.
Sekali waktu, Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengundang mereka lagi, lantas berbicara, “Alhamdulillah, aku memuji-NYA,
meminta pertolongan,
beriman serta bertawakal kepada-NYA. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang haq) melainkan ALLAH semata Yang tiada sekutu bagi-NYA”.
Selanjutnya beliau berkata,
“Sesungguhnya seorang pemimpin tidak mungkin membohongi keluarganya sendiri. Demi ALLAH yang tiada Tuhan (yang haq) selain-NYA!Sesungguhnya aku adalah utusan ALLAH yang datang kepada kalian secara khusus, dan kepada manusia secara umum.
Demi ALLAH! Sungguh kalian akan mati sebagaimana kalian tidur dan kalian akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun dari tidur. Sungguh kalian akan dihisab (dimintai pertanggungjawaban) terhadap apa yang kalian lakukan. Sesungguhnya yang ada hanya surga yang abadi atau neraka yang kekal”.
Kemudian Abu Thalib berkomentar,
“Alangkah senangnya kami membantumu, menerima nasihatmu, dan sangat membenarkan kata-katamu. Mereka yang merupakan suku-suku dari pihak bapakmu telah berkumpul. Sesungguhnya aku hanyalah salah seorang dari mereka, namun aku adalah orang yang paling cepat merespek apa yang engkau inginkan. Oleh karena itu, teruskan apa yang telah diperintahkan kepadamu.
Demi ALLAH! Aku akan senantiasa melindungi dan membelamu, hanya saja diriku tidak memberikan cukup keberanian kepadaku untuk berpisah dengan agama Abdul Muththalib”.
Ketika itu Abu Lahab berkata, “Demi ALLAH! Ini benar-benar merupakan aib yang besar. Ayo cegahlah dia sebelum orang lain yang turun tangan mencegahnya!”.
Abu Thalib menjawab, “Demi ALLAH!
Sungguh selama kami masih hidup,
kami akan membelanya”.
In Syaa Allah bersambung minggu depan………
Sumber Buku:
– Ar-Rahiq al-Makhtum (Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, edisi revisi); Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri (Penerbit Darul Haq, Jakarta)
•┈┈••❁🌹🌹🌹❁••┈┈•
*PROGRAM TA’AWUN GROUP PARA PENCINTA SUNNAH*
Bagi yang ingin berdonasi di kegiatan ta’awun Para Pencinta Sunnah, dana dapat disalurkan ke :
Rekening PPS
BNI SYARIAH
NURKHOLID ASHARI
NOREK : 0431487389
KODE BANK : 427 (Jika transfer dari bank lain)
Lalu konfirmasi ke salah satu Admin :
Farid : 0823-3603-7726
Nugroho : 0881-5006-720
Nurkholid : 081-331-946-911
Konfirmasi :
#nama#tanggal transfer#jumlah#keperluan
Atas partisipasi dan ta’awunnya kami ucapkan jazaakumullohu khoiron (Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan).
•┈┈••❁🌹🌹🌹❁••┈┈•
🌐 Website: bit.ly/ParaPencintaSunnah
💻 Facebook: bit.ly/fb-ParaPencintaSunnah
📷 Instagram: bit.ly/IG-ParaPencintaSunnah
📺 Youtube Channel:
bit.ly/Youtube-ParaPencintaSunnah
📱 Twitter: bit.ly/Twitter-ParaPencintaSunnah
🖨 Telegram: bit.ly/Telegram-ParaPencintaSunnah