? *Sikap bijak disaat berita fitnah datang…*✨
Kabar Fitnah itu malapetaka yang datang dengan tiba-tiba. Menyebar kesana kemari dengan cepat, dan ketika sudah berkobar sulit untuk dipadamkan.
Alloh menyebutkan masalah fitnah ini dalam firman-Nya:
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” [QS. An-Nisa’: 83]
Hal ini merupakan pengingkaran terhadap orang yang tergesa-gesa dalam menanggapi berbagai urusan sebelum meneliti kebenarannya, lalu ia memberitakan dan menyiarkannya, padahal belum tentu hal itu benar.
Dari Abu Hurairah, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
“كفى بالمرء كذبا أَنْ يُحدِّث بِكُلِّ مَا سَمِعَ”
“Cukuplah kedustaan bagi seseorang bila dia menceritakan semua apa yang didengarnya.” [HR Muslim]
Dalam kitab Sahihain disebutkan dari Al-Mugirah ibnu Syu’bah hadits berikut, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah melarang perbuatan qil dan qal. Makna yang dimaksud ialah melarang perbuatan banyak bercerita tentang apa yang dibicarakan oleh orang-orang tanpa meneliti kebenarannya, tanpa menyeleksinya terlebih dahulu, dan tanpa membuktikannya.
Rasulullah bersabda:
“بِئْسَ مَطِيَّة الرَّجُلِ زَعَمُوا عَلَيْهِ”.
Seburuk-buruk lisan seseorang ialah (mengatakan) bahwa mereka menduga (anu dan anu). [HR Abu Daud]
Di dalam kitab sahih disebutkan hadis berikut, yaitu:
«مَنْ حَدَّثَ بِحَدِيثٍ وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ»
Barang siapa yang menceritakan suatu kisah, sedangkan ia menganggap bahwa kisahnya itu dusta, maka dia termasuk salah seorang yang berdusta.
Umar bin Khattab ketika mendengar berita bahwa Nabi menceraikan istri-istrinya. Maka ia datang dari rumahnya, lalu masuk ke dalam masjid, dan ia menjumpai banyak orang yang sedang memperbincangkan berita itu. Umar tidak sabar menunggu, lalu ia meminta izin menemui Nabi dan menanyakan kepadanya apakah memang benar beliau menceraikan semua istrinya?
Ternyata jawaban Rasulullah negatif (yakni tidak).
Maka ia berkata, “Allahu Akbar (Allah Mahabesar),” hingga akhir hadis. [HR Muslim]
Menurut lafaz yang ada pada Imam Muslim:
aku (Umar) bertanya, “Apakah engkau menceraikan mereka semua?”
Nabi menjawab, “Tidak.” Aku bangkit dan berdiri di pintu masjid, lalu aku berkata dengan sekeras suaraku, menyerukan bahwa Rasulullah tidak menceraikan istri-istrinya. Lalu turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). [QS. An-Nisa: 83]
Aku (kata Umar) termasuk salah seorang yang ingin mengetahui kebenaran perkara tersebut.
Makna (يَسْتَنْبِطُونَهُ) ialah menyimpulkannya dari sumbernya.
Dikatakan اسْتَنْبَطَ الرَّجُلُ الْعَيْنَ, yang artinya lelaki itu menggali mata air dan mengeluarkan air dari dasarnya.
Firman Allah :
لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطانَ إِلَّا قَلِيلًا
tentulah kalian mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian). [QS. An-Nisa: 83]
Ali ibnu Abu Talhah mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang mukmin.
Abdur-Razzak mengatakan, dari Ma’mar, dari Qatadah, bahwa firman Allah berikut: Tentulah kalian mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja ( di antara kalian). [QS. An-Nisa: 83] Makna yang dimaksud ialah kalian semuanya niscaya mengikuti langkah setan.
Orang yang mendukung pendapat ini (yakni yang mengartikan semuanya) memperkuat alasannya dengan ucapan At-Tirmah ibnu Hakim dalam salah satu bait syairnya ketika memuji Yazid ibnul Muhallab, yaitu:
أشَمَّ نديّ كَثِيرَ النوادي … قَلِيلَ الْمَثَالِبِ وَالْقَادِحَةْ
Aku mencium keharuman nama orang yang sangat dermawan, tiada cela dan tiada kekurangan baginya.
Makna yang dimaksud ialah tidak ada cela dan tidak ada kekurangannya, sekalipun diungkapkan dengan kata sedikit cela dan kekurangannya. [Tafsir Ibnu Katsir]
Bila orang-orang yang iman belum bercokol kuat di dalam hati mereka mengetahui suatu perkara yang harus disembunyikan karena ia berkaitan dengan keamanan yang kebaikannya kembali kepada Islam dan kaum muslimin, atau ketakutan yang membuat hati mereka tidak merasa aman, maka mereka menyebarkannya di kalangan manusia.
Seandainya mereka mengembalikannya kepada Rasulullah dan kepada ahli ilmu yang memahami, niscaya orang-orang yang memiliki kapabilitas untuk mengambil kesimpulan akan mengetahui hakikat maknanya. Kalau bukan karena limpahan karunia dan rahmat Allah, niscaya kalian akan mengikuti setan dan jebakan-jebakannya, kecuali hanya sedikit dari kalian. [Tafsir Al-Muyassar]
Wallahu a’lam
? Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc